Sunday, 14 November 2010

Pandangan Pertama

Di suatu pagi (saat mentari terbit di ufuk Timur) di sebuah kosan yang asri yang jauh dari kebisingan lalulintas perkotaan yang ramai, pagi itu kalender menujukkan hari Rabu, tanggal 13 Agustus 2008 (sehari setelah Selvie, salah seorang penghuni GL (Griya Leditas, red)berulang tahun ke 18). Jam (jam weker maksudnya)baru menunjukkan setengah 7 pagi, namun aktivitas sudah dimulai (tidak biasanya, biasanya masih pada molor). Satu per satu gadis (yang masih lugu) berpakaian kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam keluar dari kamarnya dan berkumpul di ruang TV (yang entah mengapa dari awal masuk kos hingga sekarang, sofanya masi tetap itu-itu aja, dan tak perlu ditanya kondisi dan debu yang menempel disofa tersebut, karena bisa dipastikan seper sekian manusia di bumi ini dapat terserang influenza akut kalau sofa itu ditepuk. Hehehe...) untuk mengikuti OSPEK (namanya juga masih maba –angkatan- 2008). Gadis-gadis itu berada dalam diam, tak tahu harus berkata apa. Ketika bertemu, mereka hanya tersenyum satu sama lain. Selain memang tak tahu harus bagaimana memulai pembicaraan, mereka juga belum saling mengenal. Namun bisa jadi juga mereka sudah saling mengenal, tapi karena belum terlalu akrab, bisa jadi pula mereka lupa pada nama orang yang yang padahal mereka sudah berkenalan, karena memang cukup susah untuk mengingat nama orang, apalagi orang itu banyak (pengalaman pribadi ni ye... Hehehe...). Oh ya... sebelum lupa, mau kasih tahu aja kalau gadis-gadis ini berasal dari berbagiai fakultas dan jurusan yang ada di Unpar. Karena ada beberapa orang yang dirasa memang belum mereka kenal, kegiatan salam-salaman alias berkenalan pun dimulai, sebelum akhirnya mereka bersama-sama pergi ke kampus untuk Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru dan tentu saja mengikuti OSPEK.

Dari pertemuan pertama ini, kisah-kisah selanjutnya dimulai hingga detik ini, baik kisah yang lucu, mengesankan, mengagumkan, mengembirakan, mengharukan, menyebalkan, menakutkan, menggetirkan, memalukan, menyedihkan, bahkan sampai kejadian yang biasa-biasa saja. Hehehe... Kejadian yang akan mengubah GL yang tadinya tak bernyawa nenjadi bernyawa.

Orang-orang yang berperan dalam kisah awal ini, tidak sepenuhnya orang-orang yang saat ini menjadi penghuni GL. Di kisah awal ini GL digawangi oleh (sok-sok sepak bola) angkatan 2006 (Ci Juli, Ci Fanies, Ci Irma), 2007 (ii Ela), 2008 (Ane,Mandie, Helena, Dinda, Mega, Galuh, Arline, San2, Selvie, Amel, Diva, Riana, Melisa, Merry), kemudian personel pun bertambah dan berkurang.

Diawal bulan Oktober 2008, saat kesibukan perkuliahan mulai terasa oleh para mahasiswa baru, Esther pun memutuskan (dengan pertimbangan tentunya) untuk menjadi bagian dari GL dan membantu GL menemukan nyawanya. Awalnya ia menjadi penghuni dari sebuah kosan yang terletak di Bukit Resik (Penting untuk diketahui, kalau ‘Bukit’ ini bukan berarti bukit pada arti yang sebenarnya yang dapat ditemukan di KBBI, ‘Bukit’ ini hanya sebuah istilah, mungkin karena, daerah Cimbeluit merupakan daerah yang cukup tinggi, sehingga nama jalannya menjadi ‘Bukit’. OMG... penulis terlalu sok tahu... ga tahu bener ato ngga..). Pasti banyak pertanyaan bermuculan mengapa gadis Padang ini mau pindah ke GL. Siap-siap jangan sampai terkejut mendengar pengakuan langsung dari Esther. Dia mau pindah ke GL karena kegokilan dan keramean yang ia temukan di GL, yang tak pernah ia temui di kos mana pun (eeehhmmm... boleh bangga dong).

Kemudian di awal November, penghuni GL pun bertambah lagi, pada kesempatan yang baik ini, orang yang beruntung untuk menempati salah satu kamar ‘terbaik’ di GL ini adalah, Tias. Awalnya, ketakutan melanda Tias saat pertama kali masuk menjadi bagian dari GL. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa Tias takut? Keramean dari para penghuni ‘lama’ (apalagi setelah pulang dinner) menimbulkan ketakutan besar bagi Tias, padahal para penghuni GL tidak berniat menakuti, bahkan menggigit (apa sih...). Rupanya bukan takut digigit, Tias mendera ketakutan karena ia malu dan tak berani berkenalan dengan para penghuni lainnya yang katanya sangat rame dan dekat, dan banyak lagi jumlahnya (oh... gitu rupanya... kirain takut digigit). Alasan kepindahan Tias ke GL memang mungkin tak dapat dimasuki oleh nalar oleh manusia (ce i le... apa sih, trus pakai nalar siapa nih, binatang? Buah-buahan? Sayur-sayuran? Aduhhh... apa lagi ini, bikin pusing aja...). kepindahannya ke GL dikarenakan di kosannya yang lama terdapat ‘something is wrong’ (apa lagi nih sih...). ‘Something is wrong’ inilah yang tak mampu ditangkap oleh nalar manusia (lemot kale... pentium dua...), sesuatu yang tak dapat ditangkap oleh kelima indera manusia, dan harus punya indera ke enam, yang hanya orang-orang khusus saja yang mempunyainya. (Tambah bingung ya??? Aduh gimana ngejelasinnya ya??? Hhhmmmm... *berpikir sejenak sambil garuk-garuk kepala* Itu loh sesuatu yang sangat halus dan tak bisa dilihat... Ngerti kan???)

Selain pertambahan personel, pengurangan personel pun terjadi pada kubu GL (ckckckck... apaan sih? Mulai ngantuk nih penulisnya), Melisa alias Mecu dan Merry, gadis Palembang pun pergi meninggalkan GL dengan meninggalkan sepenggal kenangan yang tak sempurna (apaan lagi nih siH??? *tambah ngantuk*). Meskpun begitu, mereka dahulu adalah bagian dari GL dan pasti tak terlupakan oleh para penghuni GL meskipun jarak dan waktu membentang antara mereka (sedikit inifo aja, kata-kata ini terlalu lebay, wong masih bisa ketemu di kampus da kosan mereka ngga jahu-jahu amat, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki).

Semakin bertambah angkatan, penghuni GL pun tak mau ikut ketinggalan, juga ikut bertambah. Di awal bulan Agustus 2009, Marcel yang berasal dari Kota Semarang datang merantau dari kotanya ke Bandung, menuntut ilmu menjadi seorang arsitektur BESAR, kemudian tanpa sengaja memasuki gerbang kosan GL (saat ini gerbangnya bercat warna biru, trus tulisan ‘Griya Leditas’ nya berwarna hijau, ngga tahu deh kalau uda sepuluh tahunn lagi warnanya apa) dan bergabung menjadi orang yang juga turut memberikan nyawa pada GL. Namun kesulitan dalam berbahasa Indonesia yang baik (ya ampun... pasti kalian berpikir Marcell adalah bule dari luar negeri. Untuk klarifikasi Marcell bukan bule, tetapi dari Semarang, ia Cuma sangat fasih berbahasa Jawa, bukan bahasa Indonesia), hal ini membuat Marcell mengalami keterbatasan dalam berbincang dengan orang-orang dari daerah lain, untung saja ia masih dapat bercengkramah dengan orang yang sedaerahnya, yaitu ci Fanies dan Galuh. Kalau tidak... penulis tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi.
Dua bulan berlalu sejak kedatangan Marcell ke GL, di bulan Oktober 2009 nya. Juditz menyusul memasuki GL dan memberi warna pada GL menjadi corak warna yang beragam pada pelangi yang muncul di kala hujan berhenti dan gerimis turun perlahan(ya ampun... apalagi nih???). Diawal kedatangannya, juditz adalah seorang gadis pemalu, karena ia tak mengenal siapapun di kos GL (maklumlah ya... namanya juga baru, pastikita juga pernah mengalaminya kalau berada di tempat yang baru). Namun sekarang... pasti tak ada yang menyangka dulunya ia adalah seorang gadis pemalu. Sifat-sifat kealaian dan kegilaanya menyeruak ke permukaan.

Tahun pun berganti, angkatan 2010 mengalami masanya. Sya-sya datang bersama dengan keluarganya dan ia memasuki posisinya sebagai anggota GL. GL menjadi salah satu pilihan kosan baginya, karena cece nya (begitu ia memanggil Mega) juga kos di GL. GL pun menjadi semakin berkembang menuju arah yang.... (pikir dulu ya...harus bilang apa) menggila... dan (entah mengapa kata-kata ini harus terus dimunculkan, padahal kenyataanya tak seperti kata-katanya. Sedih juga sih... hiks... hiks...) LUAR BIASA.

OOOOpppppSSSS.... maaf ya, bagi orang-orang yang belum terkisahkan dalam episode kali ini, mungkin pada episode berikutnya nama-nama kalian akan muncul dan tentu saja dengan kisah-kisah yang tambah LUAR BIASA. Salam LUAR BIASA!!!! See you in the next episode...

2 comments:

  1. adminnnnn,
    masi ad yg kurang tu personilnyaaa,
    hihihi

    ReplyDelete
  2. oke...
    terima kasih atas sarannya...
    akan segera di perbaharui...

    ReplyDelete