Cerita ini masih tetap seputar kegilaan di masa-masa UTS yang tak digunakan untuk belajar dan malah melakukan hal bodoh (ngga bodoh-bodoh amat sih...) dan kurang bermanfaat. Kali ini bukan kamar 106 yang menjadi sasarannya, tetapi tempat lainnya yang ada di GL yaitu taman yang ada di depan GL. Taman mungil dengan rumput-rumput yang tak lagi indah, yang atapnya dinaungi oleh pohon alpukat yang sewaktu-waktu dapat jatuh dan bisa saja jatu tepat di kepala orang yang sedang berada di bawahnya (untung saja belum ada kejadian seperti ini....), selain pohon alpukat, ada juga pohon jambu biji dan sawo (uda kayak kebun buah aja...), juga ada pohon yang berbunga (penulis tidak tahu jenis apa bunga itu, tapi yang pasti setiap musim semi (emang ada gitu???) pohon itu akan berbunga, dan bunganya??? Dan Jangan ditanya bagaimana harumnya bunga itu, kalau lagi pusing, makanan yang ada di lambung bisa tiba-tiba keluar. Ckckckck..... di taman itu pun terdapat kursi taman yang sudah tua, namun masih dapat digunakan meskipun lumut-lumut hijau telah menyerangnya dan diatas kursi taman itu diatapi oleh tumbuhan yang merabat yang juga merambat pada dinding-dinding perbatasan antara kos GL dengan kos tetangganya. Dan tentu saja terdapat bunga bakung yang tumbuh di seputaran taman GL. Meskipun kecil, namun taman ini dapat dijadikan tempat untuk piknik oleh penghuni-penghuni GL dan tentu saja melaksanakan aksi gila mereka.
Entah siapa yang memplopori untuk piknik di taman, tapi yang pasti mereka (beberapa penghuni GL) kini telah berada di tama GL dengan membawa HO mata kuliah yang akan mereka ujikan di kemudian hari (ga tahu deh hari apa itu...). Dengan beralaskan kertas koran yang entah didapat dari mana, mereka sudah duduk bergerombolan di taman diatas rumput-rumput yang sudah rapi dipangkas oleh penjaga kos GL pada waktu itu (Mas Rury –red). Disaat kebosanan membaca HO melanda mereka, aksi gila berikutnya terjadi, yaitu bermain badminton di depan garasi mobil pemilik kos. Raket dan shuttlecock mereka peroleh dari para penghuni lain yang memang hobi bermain badminton, dan aksi pertandingan bak pertandingan open-open yang ada di tipi yang diikuti oleh para pemani Indonesia pun dimulai, kegilaan terjadi ketika para pemain menunjukkan aksi mereka dalam menangkis kock dengan cara yang lebay... layaknya free style dalam bola basket. Wusss sana wusss sini... smash sana... smash sini... tntu saja tidak beraturan. Tapi hal itulah yang membuat gelak tawa membahana di peosok sudut taman GL, yang membuat orang-orang yang ada di seputar taman tak lagi berkonsentrasi dalam membaca (menghapal) HO yang mereka pegang. Dan pada akhirnya tak ada satu pun bahan ujian yang nyangkut, bahkan terlintas di otak mereka (Ckckckckck... jadi khawatir apa yang dapat mereka tulis dikertas ujian merekan nanti). Namun setidaknya inilah cara mereka dalam melepas kestressan mereka dalam meghadapi ujian yang sangat menekan mereka (boleh diikutin sih.... tapi jangan sampai berlebihan dan mengorbankan banyak waktu dan malah ngga belajar buat persiapan ujian).
Kegilaan berikutnya, dan tetap masih dalam suasana hitam dan kelamnya UTS pertama yang para penghuni GL jalani pada masa awal mereka menjadi seorang MAHAsiswa. Kali ini masih di tempat yang sama, yaitu tama dan dengan latar yang sama, dan waktu yang kurang lebih sama (seingat penulis) dengan kejadian piknik dan badminton. Pada kesempatan itu dan tentu saja disaat kebosanan dalam belajar melanda para penghuni GL yang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan piknik dadakan, terbersit ide untuk mendukung Mandie, pemain basket kebanggaan GL dalam pertandingannya menghadapi universitas-universitas lain yang ada di Indonesia dalam kompetisi Libamanas 2008. Pada kesempatan yang baik itu (pas piknik maksudnya) para wanita penghuni GL ini memersiapkan alat perperangan untuk menonton Mandie. Alat perang itu adalah poster yang bertuliskan nama Mandie, dan tentu saja ada nama Unparnya (walaupun kecil dan memang disengaja kecil. Wkwkwkw...). Dan kegilaan berikutnya adalah MENONTON MANDIE.... (eh salah) MENONTON UNPAR...
Latar berubah seketika (seperti di sinetron atau OVJ –Opera Van Java) menjadi lapangan basket yang penuh keriuhan dan ketegangan dengan tribun-tribun yang tidak terlalu penuh dan sesak, malah terkesan tak ada penontonnya. GOR Padjajaran menjadi medan perang bagi para pemain dari berbagai universitas yang ada di Indonesia untuk membuktikan kehebatan mereka masing-masing. Dan wanita-wanita LUAR BIASA yang ada di GL sudah berkumpul untuk menyaksikan pertumpahan darah para pemain itu. Para wanita-wanita LUAR BIASA ini pun juga sudah mempersiapkan mental, fisik, tenaga, pikiran, asupan nutrisi, daya juang, motivasi, semangat, mata (untuk yang cari yang cakep-cakep), stamina, suara, dan tentu saja makanan yang terbungkus pada kotak bekal (untung saja bukan kertas bungkus nasi rames. Selamet... malunya jadi sedikit berkurang) yang mereka beli di Bu Jawa (ibu yang berjualan nasi, sayur-sayuran, lauk-pauk, dan camilan. Namanya emang Bu Jawa, tapi belum tentu beliau dari Jawa betulan) yang menggunakan gerobak keberuntungannya dalam menjajahkan makanannya yang memang diminati oleh anak-anak kos karena harganya yang sangat ‘miring’ (murah kale....). Makanan ini rencananya akan mereka makan saat jam istirahat pada saat pertandingan. Entah dari mana terbersit ide tersebut, tapi yang pasti pada saat break, mereka sudah siap sedia dengan makanan yang merka bawa dan mulai menyatapnya. Mungkin pada saat itu urat malu mereka sudah pada terputus, jadi dengan pedenya mereka memakan bekal mereka, meskipun seribu pasang mata (ngga sebanyak ini sih....) telah menatap mereka dengan sedikit mengulum senyum. Untung saja bekal mereka tidak menimbulkan aroma yang dapat mengundang selera orang-orang yang ada di GOR. Selamet... lagi...
Pertandingan Mandie belum dimulai saat para wanita LUAR BIASA ini tiba. Masih ada pertandingan UPH melawan BP. Moment yang berharga ini dijadikan mereka sebagai ajang untuk cuci mata, melihat yang bening-bening. Lumayan kan??? Mereka yang awalnya mendukung UPH pun beralih menjadi mendukung BP setelah melihat ada pemain BP yang bening (sebagai info: no punggungnya 5. Wkwkwkwk... Koko BP jia you!!!!), sebenarnya juga terpengaruh oleh seorang gadis kecil dan keluarganya yang sedang menonton pertandingan yang duduknya memang tepat dibelakang mereka. Selanjutnya... pertandingan Unpar melawan UIEU (kalau ngga salah) pun dimulai, alat peperangan pun disiapkan (poster). Saat pertandinag dimulai keriuhan membahana disetiap sudut, suara para wanita LUAR BIASA juga mebahana di setiap penjuru GOR dalam memberikan semangatnya, nama ‘Mandie’ (masih ingatkan kalian siapa dia??? Kalau lupa, baca lagi profie Mandie di tulisan sebelum ini) pun tak luput dari teriakan mereka untuk memberikan support ‘khusus’ untuk Mandie. Apalagi saat Mandie mencetak angka, teriakan disertai dentuman botol aqua dengan tribun tempat duduk pun membahana dimana-mana, tak lupa poster Mandie terangkat setinggi-tinggi mungkin. Jia You Mandie.... Dan tak sia-sia perjuangan mati-matian yang penuh dengan darah-darah dalam mendukung Mandie, eh salah lagi... Unpar maksudnya. Dan yang paling membanggakan para wanita LUAR BIASA dari GL ini, diundang lagi untuk menyaksikan pertandingan Unpar berikutnya secara khusus oleh Ko Apin (pelatih basket Unpar). Wow... wow... prestasi luar biasa nih... Hidup MANDIE... Hidup UNPAR...
No comments:
Post a Comment